infoblog
Kamis, 20 Desember 2018
Selasa, 15 November 2016
analisis new media | komunikasi politik
ANALISIS NEW MEDIA DAN KOMUNIKASI POLITIK DI INDONESIA “KONTRUKSI KAMPANYE POLITIK JOKOWI DI MEDIA BARU”
Kemajuan
tekonologi komunikasi mempunyai pengaruh besar pada perkembangan kehidupan
manusia. Teknologi komunikasi melahirkan berbagai media baru
seperti internet, mempercepat sampainya informasi keberbagai penjuru dunia.
Masyarakat modern tidak hanya membutuhkan suatu pemberitaan yang aktual,
akurat, dan menarik, tetapi kecepatan pemberitaan menjadi faktor utama. Media
massa yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut adalah media online, sehingga
portal berita online (news portal) di internet menjadi perhatian
penting. Situs berita online menjadi lebih digemari oleh masyarakat
dibandingkan media mainstream karena informasinya benar-benar baru dan up
to date.
Kemunculan
media online menambah kategori Media massa yang ada saat ini yaitu Media cetak,
media elektronik, dan media online. Werner J. Severin dan James W. Tankard
dalam buku Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Media Massa
(2005:458) mengutip dari Mc Luhan, mengatakan bahwa media online adalah gagasan
baru dalam bermedia, namun New Media masih mengikut pada media lama dan bahkan
sering memanfaatkan media lama sebagai tolak ukur dalam segi isi yang
diterapkan di internet.
Di Indonesia
media online diselenggarakan oleh beberapa situs web, termasuk yang
memberitakan berita politik aktual, cepat dan menarik. Dalam konteks politik
modern, media massa bukan hanya menjadi bagian yang integral dari politik
tetapi juga memiliki posisi yang sentral dalam politik. Media massa merupakan
merupakan saluran komunikasi politik yang banyak digunakan untuk kepentingan
menyebarluaskan informasi, menjadi forum diskusi publik dan mengartikulasi
tuntutan masyarakat yang beragam.
Burhan Bungin
menyatakan bahwa pekerjaan media adalah mengkonstruksi realitas. Realitas media
atau realitas yang ditampilkan dalam media dibangun dari fakta sedangkan fakta
dari suatu realitas itu tidak statis, melainkan dinamis yang mungkin berubah
ubah seiring dengan perubahan peristiwa itu sendiri. Realitas merupakan
konstruksi sosial yang diciptakan individu walau ada kebenaran, disana namun
kebenaran suatu realitas bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik
yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. (Bungin, 2008 : 11).
Komunikasi Politik di
Media
Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan mendasar : Who Says What In Which Channel To Whom
WithWhat Effect? (Effendy, 2001: 10). Laswell ingin menyebut komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.
Brian Mc Nair
memberikan penekanan bahwa definisi komunikasi politik mencakup retorika
politik baik verbal maupun tertulis, termasuk yang saat ini berkembang adalah
bahasa politik. Tidak hanya secara retorik tetapi juga paralinguistik seperti
bahasa tubuh dan tindakan berpolitik semisal boikot dan protes. (Mc Nair, 1999
: 4 – 12).
Wartawan
media massa cenderung memilih seperangkat asumsi tertentu yang berimplikasi
bagi pemilihan judul berita, struktur berita, dan keberpihakannya kepada
seseorang atau sekelompok orang, meskipun keberpihakannya itu sering tidak
disadari. Melalui penggunaan bahasa sebagai simbol yang utama, para wartawan
mampu menciptakan, memelihara, mengembangkan, dan bahkan meruntuhkan suatu
realitas. Ketika kita menyimak suatu wacana di media, sesungguhnya kita telah
digiring untuk menyepakati apa yang ditanamkan oleh media.
Berita adalah
realitas yang telah dikonstruksikan, sebab apa yang dilaporkan wartawan dalam
teks – teks berita sebenarnya tak lebih dari menceritakan hasil reportasenya,
dan dalam hal ini ia telah melakukan apa yang disebut sebagai suatu usaha
mengkonstruksikan realitas. kegiatan mengkonstruksikan realitas itu sendiri
diartikan sebagai “setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa keadaam benda
atau apapun”. Dengan demikian, sesungguhnya yang diliput media bukan murni
realitas yang kita alami sehari – hari, karena media sebenarnya tidak mampu
melaporkan suatu peristiwa secara persis seperti apa yang terjadi.
Bahasa adalah
unsur penting dalam konstruksi realitas. jika dicermati secara teliti maka
keseluruhan isi media massa sebenarnya adalah bahasa, baik verbal (lisan atau
tulisan) maupun non verbal (gambar, foto, gerak – gerik, grafik, angka, tabel,
dan lain – lain). Namun dalam media massa, bahasa sebenarnya tidak lagi semata
sebagai alat untuk menggambarkan realitas, tetapi juga bisa menentukan citra
atau gambaran yang akan muncul di benak khalayak tentang realitas itu sendiri.
Karena bahasa
mengandung makna. Pilihan kata serta cara penyajian realitas ikut menentukan
konstruksi realitas dan sekaligus menentukan makna yang muncul darinya. Dengan
demikian, media massa mempunyai peluang besar untuk mempengaruhi makna dan
gambaran yang di hasilkan lewat beritanya yang merupakan hasil dari konstruksi
media massa terhadap realitas.
Dari pendapat
di atas dapat dilihat bahwa tampilan media atas suatu peristiwa sebenarnya
adalah konstruksi makna yang memiliki jarak dengan realitas yang sesungguhnya.
Berita memaparkan fakta-fakta sekalipun bukanlah peristiwa yang sebenarnya. Di
dalamnya telah dilakukan proses persepsi dan seleksi oleh wartawan dan dewan
redaktur. Inilah yang menyebabkan mengapa berita ada yang ditampilkan dalam
ukuran yang besar atau kecil, di depan atau di belakang, panjang atau pendek,
komentar siapa yang banyak ditampilkan, sampai bagian mana yang dianggap kurang
penting sehingga bisa dihilangkan.
Pembaca
sering tidak menyadari bahwa isi media (media content) sangat
dipengaruhi faktor-faktor ekstramedia sehingga khalayak harus diingatkan bahwa
realitas media bukan merupakan cermin dari realitas yang ada, hanya merupakan
alat untuk memotret sisi-sisi tertentu dari realitas yang telah dipilih
produsen berita.
Komunikasi
politik Jokowi di media baru menarik untuk dikaji, Analisis framing adalah alat
yang tepat untuk melihat bagaimana cara wartawan menyusun fakta (melalui
struktur berita, latar informasi, kutipan sumber), cara wartawan mengisahkan
fakta (melalui kelengkapan berita 5W + 1H), cara wartawan menulis fakta
(melalui detail koherensi, bentuk kalimat, kata ganti), dan cara wartawan
menekankan fakta). Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu
peristiwa, termasuk pemilu 2014 dapat diamati dengan perangkat tersebut.
(Eriyanto, 2002 : 256). Melalui perangkat Framing ini kita akan melihat apakah
media massa membuat simplifikasi, prioritas pada salah satu kandidat, dan
membentuk struktur tertentu dalam berbagai isu Pemilihan umum 2014. Penelitian
ini merupakan Kontruksi kampanye Politik Joko Widodo dimedia online.
Fokus Analisis
Masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah : Bagaimana kontruksi kampanye politik jokowi di
media baru (Analisa framing Berita Pencalonan Jokowi sebagai Presiden)
Maksud Analisis
Maksud penelitian ini adalah
bagaimana Ketiga Portal melakukan konstruksi berita tentang kampanye politik
Joko Widodo sebagai calon presiden dalam pemilu 2014.
Tujuan Analisis
analisis ini bertujuan untuk
memahami secara mendalam dan mengetahui konstruksi berita Detik.com,
Metrotv.com dan Vivanews.com tentang kampanye politik Joko Widodo sebagai calon
presiden dalam pemilihan umum 2014
Hasil Analisis : Berita
awal kampanye (Detikcom, 4 Juni 2014) : “ Dugaan Jokowi Curi Start Kampanye,
ini Penjelasan KPU ke Bawaslu”
Struktur Sintaksis
Detikcom
kesan berimbang antara menyampaikan fakta yang ada dan tetap berusaha
memperhalus dengan menggunakan isitilah tertentu. Dari sintaksis diketahui
bahwa detikcom berpihak kepada Jokowi dengan memberikan kesan positif pada
Jokowi. Hal yang memperkuat keberpihakan detikcom tersebut antara lain
Pemilihan narasumber dan penyataan dari ketua KPU bahwa yang berhak menilai hal
tersebut adalah bawaslu, dan pernyataan yang menyatakan bahwa yang dilakukan
Jokowi tidak memenuhi unsur sebuah kampanye.
Dengan memilih Ketua KPU,
detikcom berusaha memberikan advokasi kepada jokowi terkait peristiwa tersebut
dengan menyitir pernyataan Ketua KPU terkait pelanggaran curi start kampanye
Jokowi dimana Bawaslu sebagai lembaga pengawas pelaksanaan pemilu melakukan
klarifikasi kepada semua pihak termasuk kepada KPU.
Struktur Skrip
Dengan
memperhatikan skrip dalam pemberitaan ini, tidak memenuhi sebagai pemberitaan
yang berimbang, karena membahas terkait suatu pelanggaran kampanye pemilu yang
dikutip adalah pernyataan dari Ketua KPU yang menjadi pelaksana pemilu
tersebut. Seharusnya yang menjadi narasumber yang paling tepat itu adalah
bawaslu yaitu lembaga yang memiliki fungsi sebagai pengawas dari pelaksanaan
pemilu tersebut.
Struktur Tematik
Secara
keseluruhan pemberitaan ini memiliki 2 tema, yaitu bahwa ada peristiwa yang
menjadi sebab pemanggilan Jokowi oleh bawaslu, yaitu pidato yang dilakukan
Jokowi pada saat pencabutan nomor urut pemilu presiden, dan pandangan dari
Ketua KPU yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Jokowi tersebut
bukanlah termasuk dalam kategori kampanye, karena tidak ada penyampaian visi,
misi dan program.
Disini dapat kita simpulkan
bahwa detikcom berusaha memberikan pembelaan kepada Jokowi atas tuduhan curi
start kampanye yang dituduhkan kepadanya, dengan mengesankan bahwa apa yang
dilakukan Jokowi tersebut bukanlah termasuk dalam kategori kampanye.
Struktur Retoris
Upaya
pembenaran terhadap yang dilakukan oleh Jokowi dengan menyatakan hal tersebut
bukanlah termasuk dalam kategori kampanye, memperlihatkan dengan jelas
keberpihakan Detikcom kepada Jokowi.
Kutipan pernyataan narasumber ” ya
sulit dijawab demikian…” merupakan penegasan dari berita ini bahwa apa
yang dilakukan Jokowi termasuk dalam kategori kampanye.
Secara retoris, berita ini
berusaha membangun sebuah persepsi bahwa benar bahwa Jokowi melakukan ajakan
untuk memilih nomor 2, tetapi berita ini berusaha membentuk opini bahwa apa
yang dilakukan Jokowi itu bukanlah termasuk dalam kategori kampanye, yang
berarti apa yang dilakukan Jokowi bukanlah sebuah pelanggaran curi start
kampanye.
penjelasannya :
Kontruksi kampanye politik
Jokowi yang dilakukan oleh Detikcom dari berita diawal kampanye yang membahas
terkait dugaan curi start kampanye yang berisi keterangan KPU sebagai pelaksana
acara tersebut. Detikcom mengatakan jokowi melakukan curi start kampanye,
menuduh jokowi yang dilakukan Detikcom pada Judul berita itu merupakan
penekanan. Karena walaupun didalam judul beritanya detikcom mengatakan Jokowi
melakukan curi start kampanye padahal detikcom mengetahui bahwa hal tersebut
belum tentu masuk dalam kriteria curi start kampanye. Didalam beritanya
penonjolan teks oleh detikcom mengatakan bahwa Jokowi tidak melakukan
pelanggaran curi start kampanye yang dikutip dari pernyataan Ketua KPU yang
merupakan pelaksana pemilu presiden tersebut. untuk melakukan kampanye pemilu.
Dibalik kalimat curi start tersebut, detikcom sebenarnya melakukan kampanye
pemilu untuk meningkatkan nilai Jokowi pada pembaca beritanya. Karena media ini
mengetahui perbedaan kriteria kampanye pemilu dan kampanye politik. detikcom
sebenarnya mengetahui hal tersebut. bahwa penggunaan kata curi start kampanye
dalam penekanan kalimat judul beritanya, bukan dimaksud mengatakan Jokowi
melakukan curi start kampanye tersebut. Berarti detikcom bekerja sama dengan
jokowi melakukan kampanye pemilu.
Karena bawaslu hanya melakukan
pengawasan terhadap kandidat peserta pemilu dalam melakukan kampanye pemilu,
dan tidak mengawasi media yang melakukan kampanye pemilu tersebut menyebabkan
media tidak peduli pemberitaan yang dilakukan termasuk kampanye pemilu atau
kampanye politik. Dalam Prakteknya sebelum masa kampanye sudah melakukan
kampanye politik jokowi, yaitu membahas tentang pemanggilan Bawaslu kepada
jokowi dimana yang ditonjolkan dalam berita tersebut adalah Jokowi.
Pada akhir masa kampanye
Detikcom mencitrakan sebagai tokoh yang banyak mendapat dukungan. Hal ini
disampaikan dalam bentuk informasi bahwa acara yang diselenggarakan sebagai
kampanye hari terakhir Jokowi yang dilaksanakan dalam bentuk konser / hiburan
musik dihadir oleh pendukung yang sangat banyak, serta didukung oleh para artis
yang memberi hiburan kepada para pendukung Jokowi yang hadir dalam acara
tersebut.
Telekomunitas | teori komunikasi
TELEKOMUNITAS
1.
Memikirkan kembali komunitas
Untuk istilah yang begitu berlebihan
digunakan dalam publik media, adalah luar biasa bagaimana community tidak terlalu banyak diteorikan pada hari ini. Namun
demikian hal tertentu yang patut dihargi dari komunitas adalah terus bertahan
sepanjang wacana modernitas sebagai satu istilah acuan kunci dan sebagai narasi
legitimasi bagi ilmu manusia wacana kewargaanpada abad ke-19 teorisi utama
tentang komunitas adalah Tennis dan Emile durkhim.
Pada bab ini relevansi ats penjelasan
yang lama dan penjelasan yang baru komunitas bagi komunitas untuk mempelajari
media dan komunikasi akan benar-benar dikaji. Secra khusus, kita akan mengkaji
apakah medium broadcast dan medium network dan komunikasi bisa memberi
konteks bagi komunitas seperti yang mendefinisikan oleh penjelasan diatas.
2.
Teori-teori klasik tentang komunitas
Sampai belakangan ini, kegunaan
konvensional atas istilah komunitas dalam ilmu-ilmu humanivora cenderung
membuat itu sebagai formalisasi atau deviasi dari apa yang Emile Durkhim
gambarkan sebagai conciensi collective yang ia definisikan sebagai seperangkat
kenyakinan dan sentimen umum hingga rata-rata anggota masyarakat tunggal yang
membentuk sistem penentu yang memiliki kehidupan sendiri adalah salah satu yang
mendapatkan status sebagai fakta sosial, karena mimiliki elektivitas dan peran
untuk dimainkan dalam integrasi sosial.
Bagi Durkhim, awal dari apa yang
tonnies itu menciptakan rasa keseluruhan yang lemah terhadap consiense
collective untuk setiap masyarakat tertentu secara keseluruhan. Bagi dia
pembagian tenaga kerja bukan kegiatan pemersatu yang cukup untuk mengatasi
hilangnya ikatan ideasional. Perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat
moderen. Oleh karena itu, adalah transformasi dalam isntektur masyarakat. Dalam
istilah itu, tidak berarti bahwa individu-individu dalam masyarakat modern,
oleh karena itu, adalah transformasi dalam arsitektur masyarakat.
3.
Akhir dari sosial dan wacana baru tentang komunitas
Munculnya network society bersama-sama
dengan perdebatan bahwa ikatan sosial dan peraktik sosial bersifat jauh lebih
kapiler dalam masyarakat moderen, dan bahwa seperti sosial whole dapat menjadi
efektif dalam integrasi atas orang-orang telah mengungkapkan
pernyataan-pernyataan baru ini tentang akhir dari kondisi sosial.
Masalah dengan masyarakat seperti itu
adalah menghasilkan setting dimana norma-norma berubah dengan cepat karena
terus menerus harus mendefinisikan ulang, Menghasilkan krisis tentang bagaimana
individu diintegrasikan.
Menurut Rose pengembangan ontologi
sosial dizaman sekarang oleh diselimuti oleh wacana-wacana cara berbica dan
berfikir yang mengelola pengalaman atas realitas sosial. Ini kadang-kadang
disebut mengikuti Michel Falcault sebagai governmentality.
sosial hanya memiliki satu kesatuan sepanjang itu atas nama sosial sehingga
berbagai tekanan politik dikatakan akan dibebankan pada populasi untuk
keperluan pemerintah derunnasional. Banyak dari kecenderungan ini telah menjadi
perlu, menurut tepatnya karena erosi atas kekuasaan negara tradisional akibat
globalisasi yang mensyaratkan spesialisasi baru atas peemerintah untuk
mengelola politik dan ekonomi. Ini telah membawa jenis baru wacana tentang kontrol
dimana proses ekonomi abstrak dibicarakan dalam segi kepentingan komunitas.
4.
Globalisasi dan konteks sosial
Bagi Rose masyarakat dan komunitas
dipandang sebagai konstruksi-konstruksi diskursif yang telah berubah peran
pembentukan peran dan gagasan ekonomi nasional adalah syarat utama bagi
pemisahan bagi domain sosial berbeda. touraise mengakui yang kontras dengan
pandangan kaum globalis ekstrem, bahwa peristiwa-peristiwa yang dikatakan telah
menghasilkan globalisasi.
Dalam konteks kontemporer. Karena itu
tauraine mengajukan bahwa tugas utama bagi sosiologi hari ini adalah harus
menemukan prinsip baru yang mampu menggantikan gagasan tentang masyarakat dan
lebih khusus lagi tentang masyarakat nasional, yang begitu lama memainkan pran
mediasi dan integrasi. berpalingnya touraine ke teori sosial tentang subjek
melalui individuasi, yang ia klaim diharuskan oleh demomposisi pasar global
tentang norma sosial, memiliki banyak landasan yang sama dengan karya
Jean-Lucnancy dalam The Imperative Community.
5.
Bangkitnya komunitas global dan praktik
Perspektif governmentataly, yang mengusulkan bahwa strategi-strategi diskursif
menjadi semakin penting bagi pemeliharaan bentuk masyarakat negara bangsa,
mengindentifikasi globalisasi sebagai dasar bagipemecahan antara sistem dan
aktor. Globalisasi melihat mengikis agen-agen tingkat menengah dari integrasi
sosial yang dulu pernah disediakan oleh masyarakat teknokratis.
komunitas audiens dan komunitas online
mengoptasi media massa untuk kegunaan-kegunaan interpersonal. untuk bergulat
dengan sifat sosial dari jenis-jenis baru komunitas ini. Kita perlu memahami
mereka bukan hanya sebagai komunitas online yang diorganisir melalui network.
Saat komunitas-komunitas audiens bisa
ditatadisekitar gambar, musik dan teks, baik komunitas online maupun komunitas
audiens melibatkan bentuk-bentuk praktik yang diregulerkan. Saat komunitas
kepercayaan menjadi terpisah dari tempat tertentu karena gerakan global tentang
budaya, komunikasi modern menjadi semakin penting dalam rangka mempertahan
mereka, karena mereka secara teratur menjadi pada jarak yag semakin melebar.
Namun pada saat yang sama, sarana
komunikasi yang semacam itu memungkinkan jenis-jenis baru ruang yang tersedia
untuk dipraktikkan. Dalam tempat-tempat praktik tidak bedanya apakah mereka
rasa global dan rasa lokal tentang tempat, ruang jasmani atau ruang elektronik.
memang cymberspace adalah tempat yang kita bisa menjadi dekat dengan cara
rutinitas kita bernavikasi seperti yang kita bisa dengan cara pengulangan
bertemu orang-orang ketika kita pergi ke jalan.
6.
Sosialitas dengan medium/objek
sentralitas dari komunitas praktik
untuk memahami saling keterkaitan antara komunitas lokal, dan komunitas lokal
juga memerlukan diferensiasi antara cara jasmaniahdan cara virtual yang
berhubungan dengan ruang. Seperti kita melihat dalam bab sebelumnya
berinteraksi dengan medium dieksplorasi oleh perspektif-perspektif ritual dari
komunikasi. komunikasi intersubjektif dieksplorasi oleh penjelasantransmis
7.
Sosialitas dengan budaya
Pendekatan integrasi pada media ini
bisa dibedakan dri pendekatan interaksi yang membatasi diri pada integrasi
subjektif. Dalam menganggap media sebagai lingkungan bagi sosiabilitas, muatan
tradisional bagi bagi determinisme
teknologis tidak lagi tersangkut paut dalam cara mereka berada pada
tahun awal-awal kajian media.
Jenis yang muncul dalam lingkungan
media biasanya tertanam jaringan atau pengolompokan bagi mobikitas teknososial.
Jaringan ini yang selalu melibatkan tindakan yang tertanam dalam sarana teknis
komunikasi atau transportasi, menjadi bermakna dalam diri merka sendiri, bukan
sekedar sebagai sarana untuk memperluas hubungan face to face.
8.
Sosialitas degan objek
Ketergantungan pada jaringan tekno
sosial mungkin memperhatikan berbagai jenis dari koneksi dan sirkulasi apa yang
berdampingan dengan mereka. Semakin tertanam teknologi ke dalam jaringan,
semakin dimungkinkan ia untuk terlibat dengan teknologi-teknologi tersebut
sebagai tuuan itu menciptakan cara hidup tekno sosial model trasportasi bagi
memehami peristiwa-peristiwa komunikatif menjadi berlebihan sebagaimana jenis
sosial itu dikatakan menjadi pusat dari model ini yakni pengguna teknologi
media.
Dalam keadaan tindakan kita
sehari-hari menjadi tertanam dalam jaringan teknologi, maka teknologi itu
sendiri menjadi transparan. Dalam karya Knorr Cetina dimana gagasan tentang
solidaritas bersifat objek, jika perlu secara epistemis dilandaskan dan tidak
ditarik secara ritual. Dengan kata lain
memiliki keintiman epistemis dengan objek adalah penting tidak hanya ritual
rutin berupa menggunakan ilmu sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu.
Dan memang dalam masyarakat post-social, ia mengkalim bahwa keintiman semacam
itu dimulai menelan keintiman dengan manusia lainnya.
9.
Masyarakat post sosial dan kesenjangan generasi
konsekuensi utama bagi transsisi
masyarakat informasi atau masyarakat pengetahuan yang mendapat banyak perhatian
adalah melebarnya keadaan dan generasi yang disertai dengan konstraksi waktu
dimana kesenjangan ini muncul. Dalam siklus yang semakin memendek cara dimana
orang-orang dibentuk oleh media bakal dengan cepat usang.
petrusahaan-perusahaan komputer memperkerjakan remaja jenius yang nampaknya
memiliki bakat alam untuk komputer, dan membentuk jaringan mereka sendiri bagi asosiasi
yang generasi tua tidak bisa dipahami.
Mungkin beberapa studi lain tahun
19980-an menunjukkan kolerasi jelas antara theknophobia dan usia , Brosnan
enggan menghubungkan keduanya , kecuali untuk menyatakan yang jelas bahwa
semakin dini individu berpengalaman dengan komputer maka semakin berkurang
kecemasan yang mereka alami dengan komputer.
10.
komunitas network
Dalam ukuran besra, sifat dari
objek-objek yang konkret dalam hubungan ini memberikan bukti siap bagi
kasus-kasus ritual untuk dimasukkan kemedia terkait. Namun itu dapat
melakukannya sambil menyembunyikan hubungan kurang tampak yang
individu-individu mungkin memiliki terhadap medium.
Kita tidak boleh ber argumen bahwa
studi-studi komunikasi tidak harus mengkaji interaksi-interaksi dengan medium
yang tentunya punya kepentingan besar dengan masyarakat, tetapi suatu yang
metefisik dari komunitas tersebut dan
dari teori-teori tentang mereka yang perlu diperiksa.
11.
Komunitas broadcast
Implikasi pertama dari kontras antara
komunikasi broadcast dan komunikasi network yang dibahas dalam dua bab
sebelumnya adalah bahwa studi tentang arsitektur komunikasi memungkinkan kita
mempertimbangkan kembali broadcast sebagai medium teknis bagi integrasi sosial
seperti jaringan komunikasi lewat komputer saat ini dipandang sebagai medium
bagi indentitas dan komunitas.
Yang membedakan bentuk-bentuk ritual
broadcast dari riual media pada umumnya adalah publisitas suatu eleman dari
sisplai dan jetertontonan . Publisitas dan tontonan publik tentu saja satu
aspek yang tidak bisa dicapai di internet.
12.
Telecomunity
Istilah telecomunity dapat ditemukan
dalam teks Alvin Tofler tanpa mendukung historisme dalam, teks ini kita dapat
mengatakan bahwa dalam teori Tofler adalah salah satu yang berguna secara umum.
sebagaimana kita telah melihat dari
dalam bab ini komunitas virtual atau komunitas telemediated adalah mungkin
dalam arsitektur komunitas broadcast atau dalam komunikasi broadcast dan dalam komunikasi network .
Ritual yang terlibat dalam setiap jenis komunitas memang berbeda seperti halnya
bidang-bidang identifikasi yang mereka hasilkan. Kesamaan mereka adalah
kesamaan kerakter yang memungkinkan partisipasi dikeajauhan dalam gerakan
ekspansi dan kontraksi.
Komunikasi politik | ilmu komunikasi
OPINI PUBLIK DAN PENCITRAAN
Pengertian opini publik
Memahami opini seseorang, apalagi opini
publik bukanlah sesuatu hal yang sederhanan. Dengan sendirinya
pembentukan opini publik dibentuk oleh publik yang selektif, karena itu untuk
setiap masalah selalu ada publiknya sendiri- sendiri. Karena opini sendiri
mempunyai kaitan yang erat dengan pendirian (attitude). Suatu sikap atau
attitude; kata Cutlip dan Center, adalah kecendrungan untuk memberikan respon
terhadap suatu masalah stausituasi tertentu.
Menurut para ahli
William
Albiq adalah suatu jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh
melalui perdebatan dan opini publik merupakan hasil interaksi antar individu
dalam suatu publik.
Emory
S. Bogardus dalam The making of Public Opinion mengatakan opini publik hasil
pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi dalam masyarakat demokratis
(Olii, 2007:20).
Faktor-Faktor Opini Publik
Dalam buku
Pendapat Umum, Hennessy mengemukakan lima faktor pendapat umum (opini publik) :
Adanya isu
(Presence of an issue), harus terdapat konsensus yang sesungguhnya. Opini
Publik berkumpul disekitar isu.
Nature of
Publics, harus ada kelompok yang dikenal dan berkepentingan dengan persoalan
itu.
Pilihan yang
sulit (Complex of preferences), mengacu pada totalitas opini para anggota
masyarakat tentang suatu isu.
Suatu pernyataan
atau opini (Expression of Opinion), berbagai pernyataan bertumpuk sekitar isu.
Jumlah orang
terlibat (Number of persons involved), opini publik adalah besarnya (size)
masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu. (Olii, 2007:20)
Jenis Opini
Bila dalam suatu
kehidupan masyarakat ada suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum maka
pada diri setiap orang muncul gejolak kejiwaan. Gejolak kejiwaan tersebut yang
kemudian diekspresikan lewat pergunjingan di lingkungannya. Opini/pendapat yang
dikemukakan manusia terdiri dari berbagai jenis, diantaranya adalah:
Opini
Perorangan, dimana opini yang dikemukakan oleh seseorang secara terbuka di muka
orang lain yang sedang berada dalam kelompok baik formal/informal.
Opini Pribadi,
yakni opini yang dikemukakan oleh seseorang kepada orang lain yang mempunyai
hubungan yang dekat dengannya atau dipercayainya. Pendapat/opini pribadi
mengandung unsur intimidasi/keakraban.
Opini Publik,
yaitu kesatuan pendapat yang timbul dari sekelompok orang yang berkumpul secara
spontan dan membicarakan isu yang kontroversial.
Opini/Pendapat
Umum, adalah opini yang dihasilkan oleh suatu lembaga pengumpulan pendapat umum
tentang suatu isu.
Opini Khalayak,
pendapat yang sudah menetap/mengendap dalam masyarakat, telah dipengaruhi oleh
berbagai norma budaya dan bersifat statis (Sastropoetro,1990:1-3).
PENCINTRAAN
Pengertian memberikan definisi atau pengertian citra tentang bagaimana konsumen, calon konsumen, dan pesaing melihat anda, reputasi anda adalah apa yang orang-orang katakan kepada pihak lain. Anda memerlukan baik citra penampilan fisik dan juga citra bisnis professional sebagai reputasi positif, jika ada yang kurang, bisnis anda bisa gagal.
Menurut para ahli
Philip Kotler (2009:299) memberikan
definisi atau pengertian citra sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan
yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek.Frank Jefkins (Soemirat & Adrianto, 2007:114) memberikan definisi atau pengertian citra sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya.
Buchari Alma (2008:55) memberikan definisi atau pengertian citra sebagai impresi, perasaan atau konsepsi yang ada pada public mengenai perusahaan, mengenai suatu obyek, orang atau mengenai lembaga
Faktor-Faktor Pembentuk Citra
A. Advertising
Periklanan mempengaruhi pembentukan
citra sebuah lembaga. Iklan yang ditampilkan berpengaruh dalam membangun citra.
B. public relation
Salah satu metode komunikasi untuk
menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati
kepentingan bersama. PR turut mengambil peran dalam pembangunan citra sebuah
lembaga, karena PR merupakan ujung tombak sebuah lembaga dalam bermitra dan
mengomunikasikan pesan kepada khalayak untuk membentuk sebuah citra positif.
C. physical image
Kesan fisik sebuah lembaga dapat
berpengaruh terhadap pembentukan citra lembaga tersebut.
D. word of mouth
Komunikasi lisan ( Word Of Mouth
marketing - WOM) merupakan salah satu alat yang digunakan oleh marketer dalam
menjalankan kegiatan promosinya, selain bentuk promosi yang lainnya seperti
iklan, publikasi dan sebagainya. WOM ini mempengaruhi pembentukan citra
lembaga.
E. pengalaman nyata konsumen dalam memakai barang / jasa.
Faktor ini paling berpengaruh langsung
dalam membentuk citra, karena dari pengalaman konsumen memakai barang/ jasa ini
lah yang kemudian memunculkan andangan atau persepsi, sehingga lembaga dapat
dicitrakan seperti apa di mata konsumen.
Langganan:
Postingan (Atom)