ANALISIS NEW MEDIA DAN KOMUNIKASI POLITIK DI INDONESIA “KONTRUKSI KAMPANYE POLITIK JOKOWI DI MEDIA BARU”
Kemajuan
tekonologi komunikasi mempunyai pengaruh besar pada perkembangan kehidupan
manusia. Teknologi komunikasi melahirkan berbagai media baru
seperti internet, mempercepat sampainya informasi keberbagai penjuru dunia.
Masyarakat modern tidak hanya membutuhkan suatu pemberitaan yang aktual,
akurat, dan menarik, tetapi kecepatan pemberitaan menjadi faktor utama. Media
massa yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut adalah media online, sehingga
portal berita online (news portal) di internet menjadi perhatian
penting. Situs berita online menjadi lebih digemari oleh masyarakat
dibandingkan media mainstream karena informasinya benar-benar baru dan up
to date.
Kemunculan
media online menambah kategori Media massa yang ada saat ini yaitu Media cetak,
media elektronik, dan media online. Werner J. Severin dan James W. Tankard
dalam buku Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Media Massa
(2005:458) mengutip dari Mc Luhan, mengatakan bahwa media online adalah gagasan
baru dalam bermedia, namun New Media masih mengikut pada media lama dan bahkan
sering memanfaatkan media lama sebagai tolak ukur dalam segi isi yang
diterapkan di internet.
Di Indonesia
media online diselenggarakan oleh beberapa situs web, termasuk yang
memberitakan berita politik aktual, cepat dan menarik. Dalam konteks politik
modern, media massa bukan hanya menjadi bagian yang integral dari politik
tetapi juga memiliki posisi yang sentral dalam politik. Media massa merupakan
merupakan saluran komunikasi politik yang banyak digunakan untuk kepentingan
menyebarluaskan informasi, menjadi forum diskusi publik dan mengartikulasi
tuntutan masyarakat yang beragam.
Burhan Bungin
menyatakan bahwa pekerjaan media adalah mengkonstruksi realitas. Realitas media
atau realitas yang ditampilkan dalam media dibangun dari fakta sedangkan fakta
dari suatu realitas itu tidak statis, melainkan dinamis yang mungkin berubah
ubah seiring dengan perubahan peristiwa itu sendiri. Realitas merupakan
konstruksi sosial yang diciptakan individu walau ada kebenaran, disana namun
kebenaran suatu realitas bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik
yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. (Bungin, 2008 : 11).
Komunikasi Politik di
Media
Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan mendasar : Who Says What In Which Channel To Whom
WithWhat Effect? (Effendy, 2001: 10). Laswell ingin menyebut komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.
Brian Mc Nair
memberikan penekanan bahwa definisi komunikasi politik mencakup retorika
politik baik verbal maupun tertulis, termasuk yang saat ini berkembang adalah
bahasa politik. Tidak hanya secara retorik tetapi juga paralinguistik seperti
bahasa tubuh dan tindakan berpolitik semisal boikot dan protes. (Mc Nair, 1999
: 4 – 12).
Wartawan
media massa cenderung memilih seperangkat asumsi tertentu yang berimplikasi
bagi pemilihan judul berita, struktur berita, dan keberpihakannya kepada
seseorang atau sekelompok orang, meskipun keberpihakannya itu sering tidak
disadari. Melalui penggunaan bahasa sebagai simbol yang utama, para wartawan
mampu menciptakan, memelihara, mengembangkan, dan bahkan meruntuhkan suatu
realitas. Ketika kita menyimak suatu wacana di media, sesungguhnya kita telah
digiring untuk menyepakati apa yang ditanamkan oleh media.
Berita adalah
realitas yang telah dikonstruksikan, sebab apa yang dilaporkan wartawan dalam
teks – teks berita sebenarnya tak lebih dari menceritakan hasil reportasenya,
dan dalam hal ini ia telah melakukan apa yang disebut sebagai suatu usaha
mengkonstruksikan realitas. kegiatan mengkonstruksikan realitas itu sendiri
diartikan sebagai “setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa keadaam benda
atau apapun”. Dengan demikian, sesungguhnya yang diliput media bukan murni
realitas yang kita alami sehari – hari, karena media sebenarnya tidak mampu
melaporkan suatu peristiwa secara persis seperti apa yang terjadi.
Bahasa adalah
unsur penting dalam konstruksi realitas. jika dicermati secara teliti maka
keseluruhan isi media massa sebenarnya adalah bahasa, baik verbal (lisan atau
tulisan) maupun non verbal (gambar, foto, gerak – gerik, grafik, angka, tabel,
dan lain – lain). Namun dalam media massa, bahasa sebenarnya tidak lagi semata
sebagai alat untuk menggambarkan realitas, tetapi juga bisa menentukan citra
atau gambaran yang akan muncul di benak khalayak tentang realitas itu sendiri.
Karena bahasa
mengandung makna. Pilihan kata serta cara penyajian realitas ikut menentukan
konstruksi realitas dan sekaligus menentukan makna yang muncul darinya. Dengan
demikian, media massa mempunyai peluang besar untuk mempengaruhi makna dan
gambaran yang di hasilkan lewat beritanya yang merupakan hasil dari konstruksi
media massa terhadap realitas.
Dari pendapat
di atas dapat dilihat bahwa tampilan media atas suatu peristiwa sebenarnya
adalah konstruksi makna yang memiliki jarak dengan realitas yang sesungguhnya.
Berita memaparkan fakta-fakta sekalipun bukanlah peristiwa yang sebenarnya. Di
dalamnya telah dilakukan proses persepsi dan seleksi oleh wartawan dan dewan
redaktur. Inilah yang menyebabkan mengapa berita ada yang ditampilkan dalam
ukuran yang besar atau kecil, di depan atau di belakang, panjang atau pendek,
komentar siapa yang banyak ditampilkan, sampai bagian mana yang dianggap kurang
penting sehingga bisa dihilangkan.
Pembaca
sering tidak menyadari bahwa isi media (media content) sangat
dipengaruhi faktor-faktor ekstramedia sehingga khalayak harus diingatkan bahwa
realitas media bukan merupakan cermin dari realitas yang ada, hanya merupakan
alat untuk memotret sisi-sisi tertentu dari realitas yang telah dipilih
produsen berita.
Komunikasi
politik Jokowi di media baru menarik untuk dikaji, Analisis framing adalah alat
yang tepat untuk melihat bagaimana cara wartawan menyusun fakta (melalui
struktur berita, latar informasi, kutipan sumber), cara wartawan mengisahkan
fakta (melalui kelengkapan berita 5W + 1H), cara wartawan menulis fakta
(melalui detail koherensi, bentuk kalimat, kata ganti), dan cara wartawan
menekankan fakta). Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu
peristiwa, termasuk pemilu 2014 dapat diamati dengan perangkat tersebut.
(Eriyanto, 2002 : 256). Melalui perangkat Framing ini kita akan melihat apakah
media massa membuat simplifikasi, prioritas pada salah satu kandidat, dan
membentuk struktur tertentu dalam berbagai isu Pemilihan umum 2014. Penelitian
ini merupakan Kontruksi kampanye Politik Joko Widodo dimedia online.
Fokus Analisis
Masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah : Bagaimana kontruksi kampanye politik jokowi di
media baru (Analisa framing Berita Pencalonan Jokowi sebagai Presiden)
Maksud Analisis
Maksud penelitian ini adalah
bagaimana Ketiga Portal melakukan konstruksi berita tentang kampanye politik
Joko Widodo sebagai calon presiden dalam pemilu 2014.
Tujuan Analisis
analisis ini bertujuan untuk
memahami secara mendalam dan mengetahui konstruksi berita Detik.com,
Metrotv.com dan Vivanews.com tentang kampanye politik Joko Widodo sebagai calon
presiden dalam pemilihan umum 2014
Hasil Analisis : Berita
awal kampanye (Detikcom, 4 Juni 2014) : “ Dugaan Jokowi Curi Start Kampanye,
ini Penjelasan KPU ke Bawaslu”
Struktur Sintaksis
Detikcom
kesan berimbang antara menyampaikan fakta yang ada dan tetap berusaha
memperhalus dengan menggunakan isitilah tertentu. Dari sintaksis diketahui
bahwa detikcom berpihak kepada Jokowi dengan memberikan kesan positif pada
Jokowi. Hal yang memperkuat keberpihakan detikcom tersebut antara lain
Pemilihan narasumber dan penyataan dari ketua KPU bahwa yang berhak menilai hal
tersebut adalah bawaslu, dan pernyataan yang menyatakan bahwa yang dilakukan
Jokowi tidak memenuhi unsur sebuah kampanye.
Dengan memilih Ketua KPU,
detikcom berusaha memberikan advokasi kepada jokowi terkait peristiwa tersebut
dengan menyitir pernyataan Ketua KPU terkait pelanggaran curi start kampanye
Jokowi dimana Bawaslu sebagai lembaga pengawas pelaksanaan pemilu melakukan
klarifikasi kepada semua pihak termasuk kepada KPU.
Struktur Skrip
Dengan
memperhatikan skrip dalam pemberitaan ini, tidak memenuhi sebagai pemberitaan
yang berimbang, karena membahas terkait suatu pelanggaran kampanye pemilu yang
dikutip adalah pernyataan dari Ketua KPU yang menjadi pelaksana pemilu
tersebut. Seharusnya yang menjadi narasumber yang paling tepat itu adalah
bawaslu yaitu lembaga yang memiliki fungsi sebagai pengawas dari pelaksanaan
pemilu tersebut.
Struktur Tematik
Secara
keseluruhan pemberitaan ini memiliki 2 tema, yaitu bahwa ada peristiwa yang
menjadi sebab pemanggilan Jokowi oleh bawaslu, yaitu pidato yang dilakukan
Jokowi pada saat pencabutan nomor urut pemilu presiden, dan pandangan dari
Ketua KPU yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Jokowi tersebut
bukanlah termasuk dalam kategori kampanye, karena tidak ada penyampaian visi,
misi dan program.
Disini dapat kita simpulkan
bahwa detikcom berusaha memberikan pembelaan kepada Jokowi atas tuduhan curi
start kampanye yang dituduhkan kepadanya, dengan mengesankan bahwa apa yang
dilakukan Jokowi tersebut bukanlah termasuk dalam kategori kampanye.
Struktur Retoris
Upaya
pembenaran terhadap yang dilakukan oleh Jokowi dengan menyatakan hal tersebut
bukanlah termasuk dalam kategori kampanye, memperlihatkan dengan jelas
keberpihakan Detikcom kepada Jokowi.
Kutipan pernyataan narasumber ” ya
sulit dijawab demikian…” merupakan penegasan dari berita ini bahwa apa
yang dilakukan Jokowi termasuk dalam kategori kampanye.
Secara retoris, berita ini
berusaha membangun sebuah persepsi bahwa benar bahwa Jokowi melakukan ajakan
untuk memilih nomor 2, tetapi berita ini berusaha membentuk opini bahwa apa
yang dilakukan Jokowi itu bukanlah termasuk dalam kategori kampanye, yang
berarti apa yang dilakukan Jokowi bukanlah sebuah pelanggaran curi start
kampanye.
penjelasannya :
Kontruksi kampanye politik
Jokowi yang dilakukan oleh Detikcom dari berita diawal kampanye yang membahas
terkait dugaan curi start kampanye yang berisi keterangan KPU sebagai pelaksana
acara tersebut. Detikcom mengatakan jokowi melakukan curi start kampanye,
menuduh jokowi yang dilakukan Detikcom pada Judul berita itu merupakan
penekanan. Karena walaupun didalam judul beritanya detikcom mengatakan Jokowi
melakukan curi start kampanye padahal detikcom mengetahui bahwa hal tersebut
belum tentu masuk dalam kriteria curi start kampanye. Didalam beritanya
penonjolan teks oleh detikcom mengatakan bahwa Jokowi tidak melakukan
pelanggaran curi start kampanye yang dikutip dari pernyataan Ketua KPU yang
merupakan pelaksana pemilu presiden tersebut. untuk melakukan kampanye pemilu.
Dibalik kalimat curi start tersebut, detikcom sebenarnya melakukan kampanye
pemilu untuk meningkatkan nilai Jokowi pada pembaca beritanya. Karena media ini
mengetahui perbedaan kriteria kampanye pemilu dan kampanye politik. detikcom
sebenarnya mengetahui hal tersebut. bahwa penggunaan kata curi start kampanye
dalam penekanan kalimat judul beritanya, bukan dimaksud mengatakan Jokowi
melakukan curi start kampanye tersebut. Berarti detikcom bekerja sama dengan
jokowi melakukan kampanye pemilu.
Karena bawaslu hanya melakukan
pengawasan terhadap kandidat peserta pemilu dalam melakukan kampanye pemilu,
dan tidak mengawasi media yang melakukan kampanye pemilu tersebut menyebabkan
media tidak peduli pemberitaan yang dilakukan termasuk kampanye pemilu atau
kampanye politik. Dalam Prakteknya sebelum masa kampanye sudah melakukan
kampanye politik jokowi, yaitu membahas tentang pemanggilan Bawaslu kepada
jokowi dimana yang ditonjolkan dalam berita tersebut adalah Jokowi.
Pada akhir masa kampanye
Detikcom mencitrakan sebagai tokoh yang banyak mendapat dukungan. Hal ini
disampaikan dalam bentuk informasi bahwa acara yang diselenggarakan sebagai
kampanye hari terakhir Jokowi yang dilaksanakan dalam bentuk konser / hiburan
musik dihadir oleh pendukung yang sangat banyak, serta didukung oleh para artis
yang memberi hiburan kepada para pendukung Jokowi yang hadir dalam acara
tersebut.